HAHAHA pasti banyak dari kita juga gini kann??? tiap hp ada di tangan rasanya mau asik scroll aja biar ga ketinggalan berita atau pun tren. apalagi sekarang mucul banyak tren seru kaya tren velocity, trus tren anomali dan banyak lagi deh. tapi tau ga si, kalau kalian udah segitu takutnya ketinggalan tren. hati hati!! kamu udah memasuki tanda tanda kamu FOMO.
apa sih FOMO itu? FOMO adalah singkatan dari Fear of Missing Out, yang artinya kecemasan jika kehilangan momen atau informasi. FOMO menyebabkan seseorang merasa tertinggal dan berpikir bahwa kehidupan orang lain di media sosial lebih menyenangkan dibanding hidupnya sendiri. Itu sebabnya, mereka berusaha mengikuti tren demi terlihat bahagia dan keren.

Istilah FOMO pertama kali diperkenalkan oleh Patrick McGinnis, seorang penulis asal Amerika Serikat. Waktu kuliah di Harvard Business School tahun 2003, Patrick beranggapan bahwa tahun itu merupakan era di mana manusia berada di dalam dotcom bubble.
Dotcom bubble? Yup, Ini adalah sebutan ketika teknologi dan internet sedang berkembang pesat. Ditambah kehadiran Friendster, media sosial paling hits di jamannya. Om Patrick berpikir kalau kemunculan Friendster dan internet mempengaruhi manusia untuk live to the fullest alias tidak ingin kehilangan momen apapun.
Di kampusnya, Om Patrick juga ketemu orang-orang seperti ini. Murid di sana berusaha untuk terlihat paling gaul dan update. Mereka nggak pengen ketinggalan tren, berita, atau apapun yang lagi ramai dibicarakan. Dia pun memutuskan untuk menulis sebuah artikel yang berjudul “Social Theory at HBS: McGinnis’ Two FOs” pada tahun 2004. Di artikel inilah kata FOMO pertama kali muncul.
kok bisa ya orang orang “FOMO”? Penyebab FOMO tak lain adalah media sosial. Ingat nggak waktu Coldplay ngumumin bakal konser ke Indonesia tahun ini? Tiketnya langsung sold out dalam hitungan menit! Meskipun fans Coldplay banyak, tak sedikit yang membeli tiket tersebut hanya karena FOMO alias nggak mau ketinggalan euforia konser.
Selain Coldplay, media sosial juga menampilkan tren lain di bidang makanan, wisata, fashion, sampai gaya hidup. Masih ingat Kue Odading Mang Oleh? Sekilas tampak biasa saja, tetapi karena viral di Tiktok, banyak orang yang rela antre untuk membeli demi mengunggahnya ke media sosial.
Contoh lainnya pas liat postingan temen liburan ke Bali, kamu mungkin ngebatin kayak gini: “Coba aja kalau gue ada di sana, pasti seru banget. Ah, sayang, gue cuma bisa rebahan, bukan liburan kayak orang-orang.” Kamu jadi mempertanyakan kenapa hidup kamu ngebosenin, sedangkan hidup orang terlihat menyenangkan.
Atau misalnya, teman kamu pergi ke tempat yang estetik terus bikin review-nya di Tiktok. Kamu bisa aja ngerasa “kayanya cuma gue doang yang belum kesitu!” Itulah yang dinamakan FOMO. Takut kalau cuma kamu satu-satunya orang yang kehilangan momen dan nggak up to date. Meskipun media sosial banyak memberi informasi, kehadirannya bisa membuat kita kecanduan untuk menonton hidup orang lain dan terobsesi untuk melakukan hal yang sama. Padahal, setiap orang memiliki keadaan finansial dan gaya hidup yang berbeda.
Seperti yang dilansir VeryWellMind, perasaan FOMO ini dapat terjadi pada semua gender dan umur. Seseorang yang mengalami FOMO memiliki tingkat kepuasan hidup yang lebih rendah karena terus membandingkan hidupnya dengan orang lain. Kemudian timbul pertanyaan apakah kita termasuk yang mengalami perasaan FOMO? Apa sih gejala FOMO itu
1. Selalu mengecek gadget. Kebiasaan memegang gadget seakan sudah tidak bisa dihilangkan. Seseorang yang mengalami FOMO akan selalu mengecek ponsel tepat ketika bangun tidur bahkan sebelum tidur seakan tidak mau ketinggalan berita apapun.
2. Lebih peduli dengan media sosial daripada kehidupan nyata akibatnya muncul keinginan untuk diakui orang lain di dunia maya.
3. Selalu ingin tahu kehidupan orang lain.
4. Selalu ingin tahu gosip terbaru.
5. Mengeluarkan uang melebihi kemampuan dan membeli hal yang sebenarnya tidak penting dengan dalih agar tidak ketinggalan zaman.
6. Mengatakan “ya” bahkan disaat sedang tidak ingin. Hal ini sering terjadi ketika seseorang tidak ingin ketinggalan apapun sehingga selalu menerima setiap ajakan yang sebenarnya tidak menarik atau tidak perlu.
Perasaan FOMO yang dibiarkan dapat memicu munculnya hal negatif seperti kelelahan, stress, depresi, bahkan masalah tidur. Perasaan ini mempengaruhi ketidakpuasan seseorang pada hidup mereka dan merasa apa yang telah dilakukan atau dimiliki seakan tidak pernah cukup. Selain itu dapat memicu munculnya masalah finansial seperti yang disebutkan pada gejala di atas, seseorang rela mengeluarkan biaya yang besar demi tetap up-to-date dan tidak ketinggalan zaman.
Fear of Missing Out (FOMO) berbahaya jika membuat kamu terus menerus mencari validasi lewat unggahan di media sosial. Tapi, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk keluar dari lingkaran FOMO. Ikuti tips di bawah ini ya:
1. Journaling
Journaling atau menulis diary adalah menuangkan seluruh pikiran dan perasaan kamu di atas kertas. Kamu bisa menulis, menambahkan foto atau hiasan untuk mempercantik jurnal. Dengan jurnal, kamu punya memori untuk dikenang. It’s not always come to Instagram Story, right? Menurut Dr. James Pennebaker, journaling dapat menurunkan tingkat depresi dan anxiety, serta meningkatkan kualitas hubungan sosial manusia.
2. Mengobrol dengan Teman
FOMO bikin kita merasa sendiri dan tertinggal. Kelihatannya yang lain seru-seruan, kenapa aku nggak diajak ya? Tenang, teman-teman kamu masih ada kok. Try to seek real connections instead of engagement. Supaya nggak ngerasa ketinggalan, ajak temen kamu video call, nonton film online bareng, dan cerita. Udah lama ‘kan nggak denger kabar mereka?
3. Fokus Mengembangkan Hobi
FOMO bisa dicegah dengan mengurangi penggunaan media sosial. Alihkan perhatianmu ke kegiatan lain. Memasak, olahraga, main musik, melukis, apapun yang kamu suka. Awalnya mungkin sulit, tapi akan terbiasa. Jika ditekuni, hobi tersebut bisa menghasilkan uang juga, lho.
Kamu tahu nggak sih lawan dari kata FOMO? Namanya Joy of Missing Out alias JOMO. Mereka yang menganut prinsip JOMO tidak terganggu dengan unggahan orang lain di media sosial. Bahkan, mereka memilih untuk menonaktifkan media sosial atau berselancar di dunia maya secukupnya. JOMO membuat manusia lebih menghargai apa yang ia peroleh di masa sekarang dan menghabiskan waktu bersama orang-orang terdekat.
Referensi: