pasti kita ga asing dengan istilah “fatherless”. Fatherless itu adalah sebuah fenomena ketidakhadiran peran ayah dalam pengasuhan baik secara fisik maupun secara psikologis. Fatherless ini ga bisa di anggap masalah sepela. Karena, Pertumbuhan fisik maupun psikologis anak tetap memerlukan perhatian serta bimbingan dari kedua orang tua.

Tau gak si? Fenomena fatherless sangat banyak ditemukan di Indonesia. Psikolog asal Amerika Edward Elmer Smith mengatakan bahwa fatherless country berarti negara yang masyarakatnya memiliki kecenderungan tidak merasakan keberadaan dan keterlibatan figur ayah dalam kehidupan anak, baik secara fisik maupun psikologis. Menurut data UNICEF pada tahun 2021, sekitar 20,9% anak-anak di Indonesia tumbuh tanpa kehadiran sosok ayah. Hal ini sama seperti 30,83 juta anak usia dini di Indonesia, sekitar 2.999.577 anak kehilangan sosok ayah. Survei BPS pada tahun 2021 menyebutkan bahwa hanya 37,17% anak-anak usia 0-5 tahun yang dirawat oleh ayah dan ibu kandungnya secara bersamaan.
Permasalahan ini biasanya disebabkan karena terdapat beberapa ayah yang harus jauh dengan anaknya karena tuntutan pekerjaan sehingga peran untuk pengasuhan anak menjadi terbatas. Sisi lain, budaya patriarki masih sangat kuat di Indonesia yang beranggapan bahwa pengasuhan anak itu cuma jadi tugas atau tanggung jawab seorang ibu. Ketika laki-laki yang menjadi ayah ini harus mencari nafkah, mereka seolah tidak memiliki waktu untuk mengurus anak di rumah. Padahal, peran ayah pun sangat dibutuhkan dalam pengasuhan anak. perceraian, kematian, dan ketidakmampuan ayah untuk berperan langsung dalam kehidupan anak karena kurangnya edukasi dan informasi tentang pengasuhan anak juga termasuk dalam faktor fenomena fatherless di Indonesia. Tercatat dalam data BPS tahun 2023 terdapat 408.347 kasus perceraian yang terjadi di Indonesia. Tingginya kasus perceraian di Indonesia ini memberikan dampak pada tumbuh kembang pada anak. Fatherless tidak hanya dialami oleh anak yatim saja. Selama mereka memiliki figur ayah yang dihadirkan dari kakek atau om, maka figur ‘ayah’ ini bisa tergantikan. Yang dimaksud fatherless adalah mereka yang kehilangan peran ayah dalam kehidupan dan pengasuhan.
Anak yang mengalami fatherless akan merasakan dampaknya hingga dewasa, terutama secara psikologis. apa sih dampaknya? apa separah itu?

- Rendahnya penghargaan atas diri sendiri atau self-esteem.
- Merasa minder atau tidak percaya diri.
- Merasa takut, cemas, dan tidak bahagia.
- Merasa tidak aman secara fisik dan emosional.
- Memiliki kemampuan akademik yang buruk.
- Memiliki hubungan yang rumit dengan pasangan.
- Masalah perilaku dan gangguan kejiwaan.
- Berpotensi melakukan kejahatan atau kenakalan remaja.
parah bahkan sangat parah. makanya peran seorang ayah itu sangat di perlukan. Selain bekerja, ayah pun harus ikut andil dalam mengasuh anak. apa sih peran ayah yang sesungguhnya?

- Mengajarkan anak untuk memecahkan masalah dengan solusi yang tepat.
- Mengajarkan nilai-nilai penting dalam hidup sebagai bekal anak di masa depan.
- Menjadi teman bermain bagi anak, terutama untuk permainan fisik.
- Mengajarkan anak membedakan perilaku benar dan salah, serta memahami konsekuensi atas perilaku yang dilakukan.
- Mengajarkan tanggung jawab dengan memenuhi kebutuhan keluarga.
- Mengajarkan moral dan tatakrama agar anak dapat bertindak lebih bijak.

Dengan adanya fenomena fatherless yang tinggi di Indonesia pada Hari Anak Nasional (HAN) pada tahun 2024 Komisi VIII DPR RI menekankan pentingnya peran ayah dalam tumbuh kembang anak. Dalam acara tersebut, DPR telah mengesahkan Undang-Undang No 4 Tahun 2024 tentang Kesejahteraan Ibu dan Anak pada Fase Seribu Hari Pertama Kehidupan (UU KIA). Pada UU tersebut bukan hanya membangun kesejahteraan ibu dan anak melainkan ayah juga diberikan kesejahteraan dengan memberikan cuti untuk mendampingi istrinya merawat anaknya yang baru saja lahir. Peran ayah sangat diperlukan dalam mengasuh anak terutama pada 1000 hari fase kehidupan anak. Periode ini dikenal sebagai masa emas yang pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung dengan sangat cepat dan signifikan. Kehadiran dan keterlibatan ayah tidak hanya memberikan rasa aman dan nyaman bagi anak, tetapi juga berperan besar dalam mendukung tumbuh kembangnya secara optimal. Dalam UU KIA ini menegaskan bahwa mengasuh anak adalah tanggung jawab bersama. Maka dari itu dengan adanya UU KIA ini diharapkan budaya patriarki di Indonesia dapat berkurang.
Selain peran besar negara tentu saja kesadaran diri dari individu seorang laki-laki sebagai seorang ayah bahwa perannya sebagai kepala keluarga tidak hanya berfungsi sebagai pencari nafkah lahir adalah hal yang lebih penting. Bahwa nafkah batin bagi keluarga baik istri maupun anak adalah hal penting untuk dipenuhi pula. Bukan hanya dengan limpahan materi tetapi juga dengan kehadiran ayah. Tidak hanya fisiknya tetapi juga kehadirannya secara tulus untuk ikut memantau dan mengiringi perkembangan anaknya. Karena walaupun negara sudah berperan jika ayah masih tidak memiliki kesadaran tersebut, peluang yang sudah diberikan negara menjadi sia-sia saja.

Peran seorang ayah dalam mendidik anak sama pentingnya dengan peran ibu karena keduanya memiliki kontribusi untuk saling melengkapi dalam perkembangan anak. Psikolog Phebe Illenia mengatakan, hendaknya ayah turut serta dalam pengasuhan anak dan diharapkan dapat mengelola waktu dengan baik dan memaksimalkan kualitas interaksi dengan anak. Kedudukan ayah sebagai “financial providers” sama pentingnya dengan peran sebagai pelindung dan memberikan keteladanan pada anak. Ayah memiliki peran penting dalam membangun rasa percaya diri anak karena ketika ayah terlibat aktif dalam kehidupan anak seperti bermain, memberikan dukungan, atau bahkan sekedar sering diajak bicara anak akan merasa dihargai dan dicintai. Hal ini akan berdampak pada perkembangan mental yang sehat dan keyakinan diri yang kuat.
Referensi
- https://fkm.unair.ac.id/mengungkap-pengaruh-fatherless-tantangan-anak-tanpa-peran-seorang-ayah/
- https://narasi.tv/read/narasi-daily/indonesia-peringkat-3-fatherless-country-di-dunia-mempertanyakan-keberadaan-ayah-dalam-kehidupan-anak
- https://www.kompasiana.com/anatasyasi/677d48dbed641559a9496816/di-balik-tingginya-angka-fatherless-di-indonesia-mengapa-anak-tanpa-figur-ayah-menjadi-isu-krusial
- https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20241217074912-284-1178126/fenomena-fatherless-di-indonesia-bagaimana-solusinya
- https://www.its.ac.id/news/2023/05/24/fatherless-mempertanyakan-keberadaan-ayah-dalam-kehidupan-anak/